Minggu, 12 Agustus 2012

Kesakitan yang Mendalam



Sungguh inilah sebuah kelalaian
Ketika dzikrullah diganti menjadi dzikir mengingat wanita pujaan
Pagi, siang, sore, dan malam
Hanyalah dia dan dia yang teringat dalam benak pikiran

Nak makan teringatlah seolah dia ada di meja yang sama di samping daku nak makan bersama-sama
Nak minum teringalah seolah dia melihat daku minum dan memuji cara minum daku
Dan ironisnya nak sholat dan ketika sholat, teringatlah dia, teringatlah dia seolah-olah dia di sampingku dan melihat sholatku, hinggalah rasa ingin dipuji merajai hati, tak murni ibadah, kandung sebuah kesyirikan yang sebabkan ibadah jadi tak berarti
Terus dan terus daku berjalan mengikuti waktu
Selang demi selang daku bisa lupakan sikit demi sikit dia
Namun anehnya bisikan setan terus meradang
Hadirkan rasa di hati tuk jumpai dia
Dan benar bagaikan bulan nun tenar
Jumpalah daku dengan dia
Hanya menengok
Uff...hati berdebar-debar
Hati yang hampir sembuh sakitlah kembali
Hati yang ingin nian meraih keridhoan Allah
Menjadilah hati yang hitam yang ingin meraih ridho manusia
Sungguh bodohnya....

Hinggalah pesan-pesan bersurat daku kirimkan pada ia
Pagi atau sore
Sampailah pesan itu pada ia
Daku tunggu dan daku tunggu jawabanmu thank you
Atau jawaban syukron atau jawaban apa sahajalah yang semisalnya asalkan jangan ucapan cela
Namun sungguh ia tak menjawab-jawab
Daku sedih nian
Hinggalah setan terus membisikkan ku supaya daku lupa akan kurnia yang Allah berikan
Setan suruh ku mengaca ke cermin
Dan bodohnya ku ikuti
Ku tengoki sekujur tubuhku
Ku tengoki kekurangan-kekurangan tubuhku
Dan ku berkata, “ mungkin kerana ini si dia tak kasih-kasih sama daku”
Daku jalani hari-hari dengan tiada percaya diri
Daku tak syukur akan nikmat yang diberikanNya
Daku selalulah berkata mengapa daku begini , mengapa daku begitu, itulah perkataan bodoh yang semoga Allah ampuni
Hati daku semakin sakit dan mendalam sakitnya
Namun ironisnya tetaplah sahaja daku kirim mesej-mesej padanya
Hinggalah suatu masa ia jawab mesej ku
Namun ia bertanya akan suatu perkara
Wah daku bangga...
Hinggalah daku jawab selebar-lebarnya
Dengan rasa pamer di hati nun penuh riya
Padahal ilmu berasal dariNya dan Dialah yang memberinya
Bukan berasal dari dia  dan dia diberi rizki olehNya
Namun ia tak lah sama sekali ucapkan terimakasih kepada daku
Daku merasa ia marah dengan daku
Ia mungkin kesal dengan daku
Daku menyesal dan menyesal
Sungguh daku selalu menyesal ketika cinta padanya
Jarang daku rasakan kebahagiaan
Sungguh inilah kenyataan
Ketika kita mengharap dunia maka kefakiran dan kehancur leburan urusan lah yang terjadi
Namun bila kita mengharap akhirat maka kita dapatlah pahala akhirat dan dunia datang tunduk kepada kita walau terpaksa

Hari demi hari daku lalui
Daku ingin hilangkan rasa sesal yang ada
Daku biarkan mengalir kehidupan begitu saja
Daku cuba lagi raih dan raih keridhoan Allah
Daku cuba lagi perbanyak dzikir dengan tiada kikir
Daku cuba lagi tuk tuntut ilmu-ilmu syar’i
Dan terus daku cuba
Hinggalah sikit demi sikit ia terlupa
Daku berhentilah kirim-kirim mesej pada ia
Kerana tiada dana lagi tuk kirim-kirim mesej
Dan daku tekad niat tak lagi ulangi hal nun serupa
Dan hinggalah daku bisa merasakan mencintai Allah
Alangkah bahagianya
Hatiku yang tadinya gersang
Seolah bagaikan ladang hijau nun tumbuh bergejolakan tanaman
Beserta air-air sungai yang penuh kedinginan
Ketika ada permasalahan daku adukan kepada Allah Rabb semesta alam
Selesailah sudah masalah itu
Ku sebut-sebut namaNya dan kurenungi maknaNya di hati yang dalam
Hingga inginlah keluar tetesan air mata
Sebagai bukti pengakuan dosa
Hidup terasalah begitu nikmat
Bidadari surga jadi pengharapan
Bukan lagi akhwat dunia yang jadi tujuan
Istana surga jadi rumah idaman
Bukan lagi cluster dunia yang jadi bayangan kestresan karena belum ada wang berkecukupan
Taman-taman surga nun indah jadi tempat wisata dambaan
Bukan tempat wisata dunia nun timbulkan dosa sebagai rencana liburan
Dan makrifatullah sebagai jalan
Tuk damaikan hati yang penuh kegersangan
Allah sungguh daku mencintaimu
Daku tak mahu lepas diri darimu
Daku tak mahu hati daku sakit lagi
Engkau tidak pernah mendzalimiku melainkan daku yang mendzalimi diriku
Engkaulah yang memberi rizki
Engkaulah yang memiliki langit dan bumi
Engkaulah yang memberi makan bukan diberi makan
Dan ingin rasanya hanyalah Engkau ya Allah Tuhan semesta alam
Menjadi kekasih yang dicintai penuh kecintaan
Dan kepada dia
Daku mohon maaf
Bila daku telah mencintainya
Daku tak cintainya hingga datanglah saat yang Allah takdirkan
Iaitu di hari pernikahan yang penuh kegembiraan
Karena cinta yang nyata baru datang saat sudah memasuki jalur pernikahan
Selamat tinggal kesakitan yang mendalam................


Tidak ada komentar:

Posting Komentar